Jumat, 05 Desember 2008

Kisah Mantan Preman yang Kini Pengelola Panti Asuhan

Tekad yang Tulus Untuk Tutupi Kesalahan
Laporan : Sofyan Ishak, Gorontalo Post





NYARIS seluruh tubuh dari pria paro baya ini dipenuhi dengan tatto, bisa
dibayangkan semasa muda kemarin betapa kerasnya pertarungan hidup yang dijalani
Darwin Umonti. Namun perilakuknya yang dikenal orang sebagai 'Preman', saat ini
berubah menjadi 180 derajat, dan bahkan dirinya lebih terkenal santun.

DENGAN agak hati-hati memang Gorontalo Post mencoba melakukan komunikasi
dengan pria yang telah memiliki delapan orang istri ini. Namun dengan
sikap santun dan luwes Darwin Umonti, melayani dengan sabar berbagai
pertanyaan yang dilontarkan wartawan koran ini.

Menurut Darwin, dirinya sudah menjalani profesi sebagai seorang 'preman' saat
dirinya hijrah ke daerah Bitung Sulawesi Utara. Bahkan ia sudah keluar masuk
buih banyak kali akibat sikap dan tindak tanduknya telah melanggar aturan
hukum. Pada tahun 2003, Darwin merasa agak tergugah hatinya, dan ingin
mengakhiri profesinya tersebut yang oleh banyak masyarakat dinilai buruk. "Saya
saat itu sedang di LP, dan bertepatan waktu puasa, tiba-tiba saat saya
bersimpuh di dalam mesjid LP, keinginan berubah begitu kuatnya membisik,"
tandasnya.

Darwin kala itu bercita-cita untuk kembali ke Gorontalo, dan memulai hidup
secara normal, bahkan ia memiliki obsesi mulia untuk membangun sebuah masjid
diatas rumahnya, tidak hanya itu saja rumahnya ingin dijadikan sebagai tempat
penampungan anak-anak yatim piatu. Allah SWT senantiasa membukakan jalan kepada
umatnya yang ingin bertobat, ketika kembali ke Gorontalo, Darwin mulai
merealisasikan keinginannya dengan bermodalkan uang yang disisihkannya waktu
masih berprofesi sebagai orang bayaran. "Saya pun kemudian memanggil semua anak
saya untuk mengutarakan keinginan ini, Alhamdulillah semuanya setuju, hingga
panti asuhan ini berdiri," paparnya.

Semenjak berdiri, hingga saat ini Panti Asuhan Darul Sa'Adah yang berada di
Kelurahan Huangobotu kecamatan Dungingi telah memiliki 46 orang anak, yang
dibagi kedalam 3 kelompok. "Dengan susah payah saya mengerahkan segala
kemampuan untuk bisa mengayomi seluruh anak, baik untuk kebutuhan makan dan
sekolahnya, tanpa ada campur tangan sama sekali dari pemerintah," tandasnya.

Bantuan dari pemerintah Kota Gorontalo memang pernah mengalir pada tahun
2004, namun setelah itu tidak ada lagi. Kini kegundahan menyelimuti benak
Darwin pasalnya ada 6 orang anak usia sekolah siap melanjutkan ke jenjang SMA,
namun ia mengaku sedikit kewalahan untuk membiayainya. "Namun saya yakin ketika
manusia berkehendak mulia, maka jalan Allah pasti akan terbuka, saya yakin dan
percaya dengan kuasa Illahi," ungkapnya dengan tenang.

Meski demikian Darwin berharap pemerintah khususnya dari dinas Sosial bisa
melirik keberadaan panti yang dikelolanya saat ini. Perjalanan hidup Darwin
memang sangat fenomenal, dan memang bisa menjadi tolok ukur kita bersama bahwa
disekeliling kita banyak orang yang membutuhkan bantuan.

Ketulusan hati seorang mantan Preman memang harus menjadi cemeti kita
bersama, jika mereka saja mampu, mengapa kita yang memiliki kelebihan dan citra
yang baik tidak mampu mengikuti jejaknya. (***)/gpinfo

Tidak ada komentar: